Hari Jumat selalu menjadi hari yang menyenangkan buat kami. Karena hanya ada 3 mata pelajaran dan semuanya tidak menyengsarakan. Bayangkan, hari ini dibuka dengan 2 jam pelajaran
Bahasa Inggris, kemudian lanjut 2 jam
Olahraga dan terakhir 1 jam
Kimia.
Bagaimana kami bisa tidak senang?
Hari ini, pada jam ketiga, jam pelajaran olahraga. Kami diamanahi untuk melangkahkan kaki keliling SMA komplek dengan batas waktu untuk laki-laki 15 menit, dan untuk perempuan 20 menit. Di gambar bawah ini ditandai dengan biru-biru
Capek? jelas. Tapi terlihat kalau kami semakin
ndewo dengan semakin sedikit yang remidi. Pelari paling cepat tetap saja Lujo, dengan waktu sekitar 11 menitan padahal dulu semester satu 13 menitan
(atek overlap pisan). Disusul oleh Ical dan makhluk-makhluk lain.
Nah gilanya, karena terbiasa oleh latfis-latfis SS yang kami ikuti, setelah lari pun kebanyakan dari kami tidak duduk dan
leha-leha. Ical dan Lujo tiba-tiba saja sudah
push up kayang, Gopal yang Pala mengajak
sprint, Ibu Disa yang basket mencium lututnya selama 50 detik. Semuanya terjadi begitu alami.
Setelah olahraga, sebagian pergi ke dalam kelas untuk mengistirahatkan diri berjamaah yang terlihat seperti pindang-pindang dijemur, sebagian lagi ke kantin untuk mengisi perut. Tapi karena kantinnya ramai mereka semua
ngelesot di depan lab Biologi. Untuk suatu tujuan menunggu hingga sebagian besar kantin kosong.
Untuk apa?
Untuk ritual.
Setiap Jum'at kami punya tradisi menge
mix-and-match berbagai bahan makanan dan sekedar mencicipi rasanya. Para perempuan yang
gilo melihat ritual ini akan menyingkir dan makan di meja lain. Sementara yang setia berpartisipasi hanyalah Bianda.. Antok.. Fiona.. dan Lina.. Makhluk-makhluk dengan
gender ambigu. Tapi Jum'at ini berbeda, jum'at ini spesial.
Ceritanya Bena bawa bekal
jelly.
Jelly kan enak ya,
jelly coklat pula. Kalau di Cafe Biru dijual Rp 500 per plastik kecil atau Rp 1000 per cup. Nah ini Bena membagikannya dengan gratis. Pertamanya
jelly-jelly Bena itu mau dilahap habis buat ritual, tapi karena Bena juga mau, maka disisihkanlah sebagian untuk Bena. Mangkuk
jelly Bena pun dipinjam untuk ritual. Bena hanya berpesan bahwa mangkuk itu harus kembali dalam keadaan bersih.
Melihat
jelly yang begitu menggiurkan, awalnya kami terpikir untuk membuat ritual ini menyenangkan. Mimi pun membeli susu di Cafe Putra Mahesa, lalu dituangkanlah susu tersebut. Di meja ada bekas susu
Ultramilk coklat milik Bom, maka dipaksalah keluar tetes susu penghabisan itu.
Pertamanya sih begitu. Tapi kami merasa kurang afdol.
Saat itu
ketepakan Anya selesai makan mie, dituangkanlah sisa-sisa mie Anya ke dalam mangkuk
jelly. Ketepakan Bapak lagi makan bakso, dituangkanlah 3 sendok makan kuah bakso ke dalam mangkuk
jelly. Ketepakan si Aan buka bekalnya yang berisi iga rawon (tanpa kuah), dicelupkanlah sebuah tulang ke dalam mangkuk
jelly.
Kelihatannya kalau begini sih enak.
Bianda mencoba "makanan" ini duluan. Tak usah diceritakan bagaimana raut mukanya. Pokoknya ia buru-buru minta air. Lalu Mimi,
yang minta air juga, dan terakhir Lujo, yang
hanya berkata, "gak nafsu
mangan maneh cak langsung aku".
Saat tiga anak ini akhirnya hanya termenung melihati mangkuk dan berpikir apa yang harus dilakukan terhadapnya, datanglah Lina. "He, apa aja itu?"
Salah satunya menjawab, "itu
jelly"
"
jelly plus plus"
"
Cobaen ae"
Dan Lina pun mencoba.
...
Beberapa detik kemudian Lina berteriak "yeeeeeeeeek"
. Dan tiga anak ini pun tertawa.
Bianda mencoba bertanggungjawab menghabiskan
jelly tersebut karena walaupun itu "makanan
", itu tetap saja makanan. Hingga akhirnya air mineral 1,5 liter milik Lujo pun tandas.
"
Sing menetralkan
iki kiro-kiro opo yo?"
"Gula?"
"Ngawurmu, tambah
mblenek cak"
"Garem"
"Eh
iyo garem"
"Ayo coba
ta, uji netral"
"
Yowes tak jaluk garem"
Salah satu dari mereka kembali ke Cafe Putra Mahesa meminta
sejumput garam (1 sendok makan)
. Jadilah "makanan" itu asin sekali. Mereka dengan senang menemukan rumus baru yaitu "
lek gaenak, dike'i garem". Tapi bodohnya, karena garemnya kebanyakan, gak ada yang mau melanjutkan makan "makanan" itu. Akhirnya "makanan" itu dibuang di wastafel kamar mandi dekat kantin oleh Bianda dan dicuci dengan sabun pemberian mbak-mbak Teh Poci.
Selanjutnya kami foto-foto di kantin. Dan semua terjadi begitu saja...