Rabu, 23 Februari 2011

Wali Kelas Kami

Namanya Bu Siti Nurhayati. Biasa dipanggil Bu Nur. Beliau mengajar ekonomi setiap hari rabu selama 2 jam pelajaran terakhir.

Ceritanya minggu lalu kami ulangan. Masalahnya ulangan kali ini kebanyakan dari kami tidak ada persiapan sama sekali. Jadilah setelah ulangan kami, eh Lina, berteriak

"Remidinya kapaaan yaaaaaa??"

yang diikuti "HUS" keras oleh Ibu Disa.

Nah hari ini nilai ulangan kami tersebut diumumkan. Dan, saudara-saudara, Bu Nur mengumumkan nilai kami yang kami yakin juelek buanget itu di kelas dan parahnya, diumuminnya mulai dari nilai terkecil.

Anak-anak mulai senewen. Mungkin kena efek senyuman Pak Cho. Senyuman iblis.

"Jangan laaah Buuuu!"
"Kasian lho Buuu!"
"Malu lho Bu anaknya!"

Bu Nur tidak peduli. Beliau lantas berkata

"Ini buat motivasi, saya umumkan dari kepala nilai terkecil, kepala dua."

Mulai rame.

"Nanti...."

Mendadak Bom merasa dirinya terpanggil,

"Hah? Nandyo?!"

Tambah rame, satu kelas ngakak semua.
Pengumuman nilai dimulai.

Kepala dua...
Kepala tiga..
empat..
lima..
enam..

Anak cowok banyak yang namanya disebut.
Satu persatu mulai tumbang disapu nilai mengenaskan.

tujuh..
delapan..
sembilan..

"Yang cowok tinggal berapa?" Tanya Bu Nur.
"Tinggal Jek tok Bu!"

Eeeh? Masih ada Jek? Luar Biasa.

Satu kelas keprok-keprok semua.
Dan walhasil Jek dapet nilai sembilan.
Padahal dia gak belajar! Sumpah pek! Arek iku lhoo! *fio mode on*


Ada lagi.. Deret keempat sebelah kanan kan waktu itu isinya berlima: Anya, Rari, Wanda, Antok, Meta

Sementara di depannya berempat: Bom, Fizi, Ical, Ijad (lek gak salah)


Bu Nur niatnya negur, bilang gini.

"Nandyo, kamu kok duduk berlima?"

Satu kelas ketawa semua. Padahal yang disindir itu Anya.
Bom.. Bom.. kamu memang dihitung dua :p

2 komentar: